EnglishFrenchGermanItalianJapaneseKoreanRussianSpanish

“Kita tidak mewarisi bumi ini dari nenek moyang kita, kita meminjamnya dari anak cucu kita maka kembalikanlah secara utuh"

“Tugas yang paling penting jika kita menyelamatkan bumi yaitu dengan cara mendidik"

(The most important task, if we are to save the earth is to educate)

Sir Peter Scott, Founder WWF

“Pendidikan untuk Pembangunan Berkelanjutan melibatkan cara melihat dunia yang berbeda.”

Inger BjÖrneloo, Pelatih Guru, Universitas GÖteborg Swedia

“Pembangunan lestari memenuhi kebutuhan saat ini tanpa mengkompromikan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.”

“Kebersihan akan melahirkan banyak nilai-nilai positif. Membiasakan diri untuk menjaga kebersihan membuat anda dipenuhi berbagai karakter-karakter positif”

Meningkatkan Prestasi dengan Bermain Sambil Berlatih Di SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus

Best Practise Kepala Sekolah dalam meningkatkan prestasi Sekolah Dasar Negeri 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus.

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kepala sekolah merupakan salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di dunia persekolahan. Pasal 12 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1990 dan ketentuan lainnya seperti Permendiknas Nomor 13 Tahun 2007 tentang Kompetensi Kepala Sekolah pada intinya menyatakan antara lain, “Kepala sekolah bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan pendidikan, administrasi sekolah, pembinaan tenaga kependidikan lainnya dan pendayagunaan serta pemeliharaan sarana dan prasarana”. Apa yang diungkapkan ini menjadi lebih penting sejalan dengan semakin kompleksnya tuntutan tugas kepala sekolah yang menghendaki dukungan kerja yang efektif dan efisien.

Tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah bagi penulis merupakan amanat yang cukup berat. Saat ini penulis menjabat sebagai Kepala SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus. Sebelumnya penulis pernah menjabat sebagai kepala sekolah dua periode yaitu di SDN K Talang Dikun Kecamatan Ulubelu (tahun 2001 s.d. 2006) dan SDN 1 Gunungtiga Kecamatan Ulubelu. (tahun 2006 s.d. 2009). Kemudian penulis pada tahun 2009 kembali menjadi guru di SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu dan pada tahun 2013 penulis diangkat kembali menjadi Kepala SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu. Penulis beranggapan tugas tambahan sebagai kepala sekolah adalah sebuah amanat yang harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya dan menghasilkan hasil yang optimal. Bukan sekedar sebuah jabatan yang dibanggakan dan merupakan hal yang sia-sia jika tidak ada perkembangan dan perubahan yang lebih baik dari kepemimpinan sebelumnya.

Sekolah dasar Negeri 2 Kecamatan Ulubelu mempunyai siswa sebanyak 110 orang siswa dengan latar belakang orang tua bermata pencaharian sebagai petani kopi. Secara geografis letak sekolah ini di daerah pegunungan. Untuk mencapai sekolah ini penulis harus menempuh jalan yang menanjak sekitar 2 kilometer dari pusat desa. Jalan yang harus penulis lalui terbilang sulit karena berisi batu-batu bulat yang sebagian telah hilang sehingga tinggal berupa tanah sehingga dikala waktu hujan sangat sulit untuk mencapai sekolah ini. Kendaraan roda dua agar bisa sampai ke tujuan harus menggunakan rantai ban dan kendaraan roda empat tidak bisa naik ke sekolah karena jalan licin untuk dilewati. Terkadang penulis dan guru-guru lainnnya harus meninggalkan kendaraannnya di jalan atau menitipkannya di rumah-rumah penduduk karena tidak bisa naik karena licinya jalan.

Penulis memiliki tekad untuk menjadikan SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu lebih maju dan bahkan bisa menjadi sekolah rujukanm di Gugus Mawar 2 khususnya dan Kecamatan Ulubelu umumnya. Pada awal masa tugas penulis sebagai kepala sekolah, SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu meski kurang populer di Kecamatan Ulubelu karena minimnya prestasi, sebenarnya sudah memiliki banyak peluang untuk berkembang dan maju. Banyak potensi sekolah yang dapat dijadikan sebagai modal untuk berkembang menjadi sekolah yang responsif perubahan. Masalahnya, banyak hal yang selama ini belum dilakukan. Penyebab utamanya adalah belum adanya sarana belajar yang efektif untuk meningkatkan prestasi sekolah. Motivasi siswa maupun guru terbilang masih rendah karena guru hanya mengajar tidak termotivasi untuk membangun. Sedangkan siswa maupun orang tua belum termotivasi untuk berprestasi karena hanya bertujuan untuk menyelesaikan sekolah dasar saja.

Walaupun baru dua tahun masa kerja penulis sebagai kepala sekolah namun banyak prestasi yeng telah dicapai. Sebelumnya tidak ada almari khusus untuk piala karena piala yang ada hanya beberapa buah namun setelah penulis menjadi kepala sekolah dengan berbagai cara sekolah yang dipimpin penulis mendapatkan banyak piala dari beberapa kediatan lomba yang diadakan di tingkat gugus, kecamatan, maupun kabupaten.

Namun untuk mencapai hal tersebut tidaklah mudah, banyak kendala yang penulis rasakan. Namun dengan modal semangat dan tekad yang kuat, segala harapan dan cita-cita itu akhirnya terwujud. Untuk mendukung hasil best practice yang telah penulis lakukan maka artikel ini penulis susun agar dapat menjadi salah satu masukan bagi para kepala sekolah dalam mengembangkan kinerja sekolahnya. Sesuai dengan latar belakang tersebut, maka judul best practice ini adalah “Meningkatkan prestasi dengan bermain sambil berlatih di SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus”.

2. Rumusan Masalah Penulisan Best Practise

Supaya penulisan best practice ini lebih mudah dibahas, maka masalah yang akan dipaparkan dalam artikel ini adalah sebagai berikut.

  1. Bagaimana gambaran kondisi awal SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu pada saat penulis diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah?
  2. Bagaimana gambaran hasil analisis dan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan sekolah pada saat penulis diangkat sebagai kepala sekolah?
  3. Bagaimana bentuk Rencana Pengembangan Sekolah di SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu?
  4. Bagaimana capaian program yang dihasilkan melalui implementasi bermain sambil berlatih setelah 2 tahun masa jabatan?
  5. Kendala dan solusi apa yang ditemukan pada saat mengimplementasikan strategi bermain sambil berlatih dalam melaksanakan program peningkatan prestasi sekolah?

3. Tujuan Penulisan Best Practice

Penulisan hasil best practice ini pada dasarnya bertujuan untuk:

  1. Memberikan gambaran kondisi awal SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu pada saat penulis pertama kali diberi tugas tambahan sebagai kepala sekolah.
  2. Memberikan gambaran hasil analisis dan identifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan sekolah pada saat penulis diangkat sebagai kepala sekolah.
  3. Memberikan gambaran bentuk Rencana Pengembangan Sekolah di SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus.
  4. Memberikan gambaran capaian program yang dihasilkan melalui implementasi strategi bermain sambil berlatih setelah 2 tahun masa jabatan.
  5. Memberikan gambaran tentang kendala/hambatan serta solusi penyelesaian dalam merealisasikan program pengembangan sekolah melalui strategi bermain sambil berlatih?

4. Manfaat Penulisan

Best practice ini disusun sebagai bentuk laporan pengalaman penulis dalam merealisasikan hasil belajar di kelompok kerja, dengan demikian manfaat yang diperoleh dengan adanya penulisan ini adalah:

  1. Sebagai bahan masukan bagi para kepala sekolah di Indonesia tentang pelaksanaan peningkatan prestasi di sekolah dengan kegiatan “bermain sambil berlatih”.
  2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Pendidikan dan Instansi yang berkepentingan untuk terus mendorong peningkatan prestasi peserta didik dan kualitas pendidikan di sekolah.
  3. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah Daerah untuk terus mendukung pemenuhan sarana dan prasarana olahraga dan kesenian untuk peningkatan prestasi peserta didik.

B. PEMBAHASAN HASIL BEST PRACTICE KEPALA SEKOLAH

1. Kondisi Awal SDN 2 Karangrejo Kecamatan Ulubelu Kabupaten Tanggamus

Minggu-minggu awal penulis mengemban tugas tambahan sebagai Kepala Sekolah hal yang penulis lakukan adalah melakukan observasi dan orientasi terhadap berbagai hal untuk mendapatkan data awal sekaligus mengenal lebih jauh tentang kondisi sekolah yang sebenarnya. Agar lebih fokus, maka proses observasi dan orientasi yang penulis lakukan berdasar kepada delapan standar nasional pendidikan sesuai dengan PP 19 Tahun 2005. Hasil observasi dan orientasi menunjukkan data sebagai berikut.

a. Standar Kelulusan

  1. Rata-rata kelulusan peserta didik sudah 100%
  2. Nilai rata-rata UASBN masih rendah (rata-rata di kisaran 5,00)

b. Standar Isi

  1. Dokumen Kurikulum sekolah belum tersusun lengkap
  2. Pengelolaan kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler belum optimal
  3. Beban belajar, kalender pendidikan, dan muatan kurikulum belum disosialisasikan secara memadai

c. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

  1. Jumlah tenaga pendidik belum memenuhi rasio banyaknya rombel
  2. Kualifikasi akademik S1 dari 8 guru dan pegawai (tahun 2013) baru 3 orang yang telah sarjana. Selain itu guru PNS hanya 3 orang termasuk kepala sekolah.

d. Standar Proses

  1. Sistem administrasi pembelajaran masih seadanya
  2. Pembelajaran masih berpusat pada guru.

e. Standar Penilaian

  1. Penilaian dibuat belum menggunakan kisi-kisi soal.
  2. Sistem penilaian terbatas pada bidang kognitif saja 
  3. Tidak ada data penilaian selain hasil ulangan dan hasil UTS/UAS
  4. Belum adanya kumpulan/dokumen soal-soal formatif, sumatif, maupun ujian.

f. Standar Pengelolaan

  1. Belum melaksanakan MBS secara penuh
  2. Komite sekolah belum diberdayakan optimal

g. Standar Sarana dan Prasarana

  1. Luas lahan sekolah cukup representative
  2. Memiliki lokal kelas meski belum 100% memadai
  3. Belum memiliki ruang perpustakaan
  4. Belum memiliki sarana ibadat
  5. Masih ada ruang kelas yang tidak layak pakai
  6. Suasana sekolah belum nyaman dan kurang terpelihara
  7. Belum memiliki sarana ICT dan multimedia
  8. WC yang ada baru satu untuk pria dan satu untuk wanita, WC guru belum ada. 

h. Standar Pembiayaan

  1. Pengelolaan keuangan hanya bersumber dari BOS
  2. Pengelolaan BOS masih dikelola secara indivdidual dan belum transparan. 
  3. RKAS belum dipajang

Selain hal-hal di atas dalam catatan penulis kondisi yang ada antara lain:

  • prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik masih sangat minim.
  • pengembangan sktrakurikuler baik olahraga, seni, maupun pramuka belum optimal dilaksanakan.
  • pada saat upacara bendera, barisan masih belum rapi dan siswa belum fokus mengikuti upacara, hal ini terlihat masih adanya siswa yang mengobrol dan telat memasuki barisan.
  • sarana dan prasarana yang ada belum digunakan secara optimal.
  • Belum adanya pelatih yang khusus membantu kegiatan ekstrakurikuler.
  • Kekurangan guru kelas karena penulis sebagai guru kelas menjadi kepala sekolah dan kepala sekolah lama menjadi guru bidang studi (PJOK), sehingga sementara waktu penulis masih memegang jabatan sebagai guru kelas.
  • Belum adanya tempat cuci tangan untuk siswa
  • Lingkungan sekolah belum teduh dan nyaman


2. Kegiatan Analisis dan Identifikasi

Setelah kondisi awal sekolah penulis dapatkan maka tahap selanjutnya melakukan analisis dan identifikasi dalam berbagai hal baik secara internal maupun eksternal. Hasil observasi dan identifikasi penulis jadikan bekal untuk melakukan analisis konteks tentang kekuatan dan kelemahan (SWOT Analysis) sekolah. Data temuan yang penulis dapatkan dari hasil analisis dan identifikasi terhadap kondisi sekolah saat penulis pertama kali datang adalah:

a. Kekuatan (strong)

SDN 2 Karangrejo secara internal memiliki kekuatan antara lain:

  1. Halaman sekolah yang luas
  2. Bakat dan minat siswa dalam bidang olahraga dan seni cukup baik.
  3. Dukungan wali murid cukup baik
  4. Sarana dan prasarana lengkap walaupun masing –masing jumlahnya tidak mencukupi.

b. Kelemahan (weakness)

Beberapa kelemahan yang ada antara lain:

  1. Sumber daya manusianya masih lemah,
  2. Implementasi delapan standar pendidikan nasional belum optimal, serta penataan dan arah pengembangan sekolah yang masih belum jelas.
  3. Lokasi sekolah jauh dari jalan raya dan sulit dijangkau saat musim hujan
  4. Masyarakat/wali murid bermata pencaharian sebagai petani kopi yang hanya musim setahun sekali.
  5. Sarana dan prasarana untuk meningkatkan bakat dan minat siswa masih kurang misalnya untuk bidang olahraga:

  • Bola voli baru 2 buah
  • Bola kaki hanya 1 buah
  • Bulutangkis hanya ada 2 buah raket

c. Peluang (opportunity

Meski masih memiliki banyak kelemahan, namun SDN 2 Karangrejo secara internal memiliki peluang yang cukup besar untuk dikembangkan diantaranya:

  1. kepala sekolah/penulis memegang jabatan ketua PGRI Kecamatan sehingga dapat meningkatkan prestise sekolah.
  2. Hubungan unsur sekolah dan masyarakat cukup baik
  3. Stake holder (pihak UPT D Pendidikan Kecamatan Ulubelu, Pengawas SD/MI, KKKS Kecamatan dan Gugus) antusias dengan program pendidikan yang ada di Ulubelu.
  4. Masyarakat di sekitar sekolah senang dengan kegiatan olahraga, (hal ini terlihat dari adanya lapangan sepakbola, lapangan bola voli, dan turnamen (roling bola voli di pekon Karangrejo).

d. Ancaman (threat)

Selain adanya peluang yang cukup besar, posisi sekolah yang berdekatan dengan sekolah lain juga menimbulkan ancaman/hambatan yang harus diperhitungkan diantaranya yaitu adanya persaingan antar sekolah yang semakin tinggi serta tingkat kesadaran dan dukungan masyarakat akan pendidikan tinggi. Selain itu hal-hal yang perlu dipertimbangkan sekolah adalah:

  1. Motivasi guru untuk meningkatkan prestasi sekolah masih rendah
  2. Semakin berkurangnya sarana dan prasana (olahraga dan kesenian) karena rusak dan hilang.
  3. Dukungan orangtua untuk pendidikan yang lebih tinggi dari sekolah dasar (SLTP dan SLTA) masih rendah, hal ini terlihat dari minimnya siswa yang melanjutkan sekolah.
  4. Jalan dari pekon induk ke sekolah cukup sulit.
  5. Sebagian jarak rumah siswa dan sekolah cukup jauh mengingat letak sekolah terletak di daerah pegunungan.


3. Rencana Pengembangan Sekolah

Simpulan dari hasil analisis dan identifikasi terhadap kondisi SDN 2 Karangrejo yang akan dijadikan dasar untuk menentukan kebijakan adalah SDN 2 Karangrejo pada dasarnya potensial untuk dikembangkan dengan fokus pengembangan pada prestasi siswa baik akademik maupun non akademik. Untuk mendapatkan hasil optimal perlu penguatan dalam bidang manajerial kepala sekolah dengan titik fokus pada implementasi Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) dan dalam bidang pembelajaran dengan implementasi PAKEM. Sekolah dengan segala keterbatasan dan karakteristik keunggulan lokalnya lebih tepat jika diarahkan menuju Sekolah Berwawasan Lingkungan dengan strategi manajemen kemitraan terpadu. Dengan memiliki data hasil analisis dan identifikasi tersebut ditambah dengan pengetahuan yang penulis dapatkan dari hasil belajar di KKKS, maka langkah yang penulis tempuh dalam memulai upaya mengembangkan sekolah adalah sebagai berikut.

a. Merevisi Visi, dan Misi, dan Tujuan.

1. Agar sesuai dengan dengan rencana pengembangan sekolah maka visi SDN 2 Karangrejo sejak tahun 2009 ditetapkan yaitu “MERAIH PRESTASI BERAZASKAN SPORTIFITAS DAN BERAKHLAK MULIA”. (Pada tahun 2013 Visi Sekolah mengalami sedikit perubahan menjadi “MEWUJUDKAN SEKOLAH YANG UNGGUL DALAM PRESTASI BERLANDASKAN IMAN DAN TAQWA”.

2. Misi SDN 2 Karangrejo juga disesuaikan dengan visi yang telah diubah yaitu:

  1. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan secara efektif bagi siswa sesuai dengan potensi masing-masing.
  2. Menumbuhkembangkan semangat kebersamaan kepada seluruh warga sekolah.
  3. Memotivasi dan membantu setiap siswa untuk mengenali potensi dirinya, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
  4. Menumbuhkan penghayatan terhadap ajaran agama yang dianut dan budaya bangsa, sehingga menjadi sumber kearifan dalam bertindak.
  5. Menerapkan manajemen partisipatif dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan pihak terkait.
  6. Menanamkan keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan YME kepada peserta didik
  7. Memberikan bimbingan dan pembiasaan sesuai dengan ajaran agama yang dianut peserta didik.

3. Tujuan

  1. Mewujudkan Peserta Didik dan PTK yang memiliki Ketaqwaan dan Keimanan terhadap Tuhan YME
  2. Mewujudkan Peserta Didik dan PTK yang terbiasa melaksanakan Ibadah dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan agama yang dianutnya
  3. Mewujudkan Peserta Didik dan PTK berprilaku santun, berbudi pekerti luhur, serta berahlaq mulia

4. Terpenuhi Delapan Standar Nasional Pendidikan, yaitu:

  1. Terpenuhi Standar Isi
  2. Terpenuhi Standar Proses
  3. Terpenuhi Standar Kopetensi Lulusan
  4. Terpenuhi Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan
  5. Terpenuhi Standar Sarana dan Prasarana
  6. Terpenuhi Standar Pengelolaan
  7. Terpenuhi Standar Pembiayaan
  8. Terpenuhi Standar Penilaian

5. Meraih Prestasi maksimal sesuai dengan potensi peserta didik, baik prestasi akademik maupun non akademik.

6. Mewujudkan PTK yang memiliki Kompetensi maksimal

7. Siswa memiliki dasar-dasar pengetahuan, kemampuan, dan ketrampilan untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi.

8. Mengenal dan mencitai bangsa, masyarakat, dan kebudayaannya;

9. Siswa kreatif, trampil , inovatif untuk dapat mengembangkan diri secara berkesinambungan.

b. Mengidentifikasi dan Merencanakan Skala Prioritas Bidang Pengembangan Sekolah.

Dalam rangka merealisasikan rencana pengembangan sekolah maka skala prioritas dalam mengembangkan sekolah berdasar pada capaian 8 Standar Nasional Pendidikan sebagai berikut.

a. Standar Kelulusan

 Meningkatkan rata-rata nilai lulusan peserta didik hingga di atas 7,00.

b. Standar Isi

  1. Melengkapi dan menyusun dokumen Kurikulum sekolah
  2.  mengoptimalkan pengelolaan kegiatan ektrakurikuler (Olahraga dan pramuka)
  3. Beban belajar, kalender pendidikan, dan muatan kurikulum disosialisasikan secara optimal

c. Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan

  1. memenuhi jumlah tenaga pendidikdan tenaga kependidikan ratio banyaknya rombel
  2. Meningkatkan kualifikasi akademik PTK 

d. Standar Proses

  1. Pengoptimalan kelengkapan administrasi pembelajaran
  2. Pembelajaran masih berpusat pada siswa.

e. Standar Penilaian

  1. Penilaian dibuat menggunakan kisi-kisi soal.
  2. Sistem penilaian tidak terbatas pada bidang kognitif saja
  3. adanya kumpulan/dokumen soal-soal formatif, sumatif, maupun ujian.

f. Standar Pengelolaan

  1. Melaksanakan MBS secara optimal
  2. Pembeerdayaan komite sekolah dengan optimal

g. Standar Sarana dan Prasarana

  1. Mengadakan ruang perpustakaan
  2. Mengadakan memiliki sarana ibadat
  3. menciptakan suasana sekolah nyaman dan terpelihara
  4. membeli laptop dan modem
  5. membuat WC guru dan menambah WC siswa
  6. membuat tempat ibadah
  7. Mengadakan bel listrik

h. Standar Pembiayaan

  1. Pengelolaan keuangan tidak hanya bersumber dari BOS (namun juga dari komite sekolah atau wali murid)
  2. Pengelolaan BOS masih dikelola secara bersama dan transparan.
  3. RKAS dipajang

Selain hal-hal di atas, hal-hal yang perlu dikembangkan antara lain:

  1. prestasi siswa dalam bidang akademik dan non akademik
  2. pengembangan ekstrakurikuler baik olahraga, seni, maupun pramuka belum optimal dilaksanakan.
  3. Peningkatan dalam upacara bendera.
  4. Penggunaan sarana dan prasarana secara optimal.
  5. Mengadakan pelatih yang khusus membantu kegiatan ekstrakurikuler.
  6. Pengadaan tempat cuci tangan untuk siswa
  7. Lingkungan sekolah teduh dan nyaman dengan menanam pohon-pohon dan menanami tanah atau lahan yang kosong dengan tanaman yang bermanfaat (obat-obatan, buah-buah dan lain-lain)
  8. Mengadakan fingerprint sebagai absensi dan peningkatan kedisiplinan guru.

c. Strategi Implementasi dalam rencana pengembangan sekolah.

Hal-hal yang dilakukan penulis untuk meningkatkan prestasi akademik maupun non akademik adalah sebagai berikut:

1. Siswa pulang pukul 13.30 sedangkan dengan adanya finger print yang mengharuskan guru pulang pukul 14.00 maka selang antara waktu tersebut, sekolah mengisi kegiatan dengan:

  1. Melengkapi administrasi kelas guru
  2. Mempersiapkan pembelajaran di hari berikutnya
  3. Mengadakan pelajaran tambahan untuk meningkatkan pemahan siswa tentang materi-materi
  4. Mengadakan sholat bersama
  5. Mengadakan bimbingan membaca Al Quran (bagi siswa kelas rendah)
  6. Mengadakan latihan olahraga (bola voli, bola takrau, tenis meja dan bola mini)
  7. Mengadakan latihan marawis (kasidah)

2. Bermain sambil berlatih

Sebelum dan ketika istirahat, anak-anak dimotivasi untuk mengisi kegiatan dengan berlatih olahraga sehingga waktu tidak terbuang percuma. Pada awalnya siswa menggunakan waktu-waktu luang itu dengan hanya bermain-main saja. Dengan bimbingan guru dan dengan banyaknya sarana olahraga yang ada, diantaranya:

  1. Bola voli ada 8 buah
  2. Bola kaki ada 2 buah
  3. Bola kaki dari plastik ada 4 buah
  4. Bulutangkis ada 2 pasang
  5. Skiping ada 8 buah
  6. Tenis meja dengan 2 pasang bed
  7. Bola takrau ada 4 buah
  8. Bola kasti ada 10 buah
  9. Tenis lantai ada 2 buah raket

Sarana kesenian yang ada, diantaranya:

  1. Seruling ada 4 buah
  2. Marawis satu set
  3. Piano tiup ada 6 buah
  4. Gitar ada 2 buah

Kini pada saat luang baik dari kelas rendah maupun kelas tinggi siswa-siswa selalu berebutan untuk meminjam alat olahraga maupun kesenian untuk bermain dan berlatih. Pada saat seperti ini maka guru aktif membimbing siswa di luar mapun di dalam ruangan.


4. Capaian Program dalam Periode 2 Tahun Masa Jabatan

Selama kurang lebih dua tahun dilakukan upaya peningkatan prestasi sekolah melalui kegiatan bermain dan berlatih, maka beberapa indikator keunggulan yang saat ini dimiliki oleh SDN 2 Karangrejo adalah: 

a. Dijadikan sebagai Sekolah Unggulan dalam bidang:

  1. pengembangan kegiatan olahraga di Kecamatan Ulubelu, 
  2. Lingkungan sekolah yang teduh dan nyaman

b. Mendapatkan Kejuaraan dalam berbagai bidang dalam dua tahun terakhir, yaitu:

1) Bidang Akademik

  1. Juara 2 OSN Matematika Kecamatan Ulubelu tahun 2014
  2. Juara 2 Kegiatan Olimpiade Kelas VI Gugus Mawar 2 tahun 2014
  3. Juara 3 Kegiatan Olimpiade Kelas VI Gugus Mawar 2 tahun 2014
  4. Juara 2 OSN Matematika Kecamatan Ulubelu tahun 2015

2) Bidang Non Akademik

  1. Juara 1 Bola Voli MIni Gugus Mawar 2 tahun 2013
  2. Juara 1 Kids Atletik Gugus Mawar 2 tahun 2013
  3. Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Kecamatan tahun 2013
  4. Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Kabupaten tahun 2013
  5. Juara 1 Bola Voli MIni Gugus Mawar 2 tahun 2013
  6. Juara 2 Catur 02SN Gugus Mawar 2 tahun 2013
  7. Juara 3 Bulutangkis 02SN Gugus Mawar 2 tahun 2014
  8. Juara 2 Bola Voli Pi lomba antar sekolah Ulubelu tahun 2014
  9. Juara 1 Bola Voli Pa lomba antar sekolah Ulubelu tahun 2014
  10. Juara 1 Bola Voli MIni Gugus Mawar 2 tahun 2014
  11. Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Kecamatan tahun 2014
  12. Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Kabupaten tahun 2014
  13. Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Gugus Mawar 2 tahun 2015
  14. Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Kecamatan tahun 2015
  15.  Juara 1 Bola Voli MIni O2SN Kabupaten tahun 2015
  16. Juara 1 Bola Voli pi BISCO Bina Utama Ulubelu tahun 2015

3). Prestasi siswa dalam bidang lain:

  1. Juara II LBB Lomba Antar Sekolah di SMP Bina Utama tahun 2013
  2. Juara 1 Tari Kreasi FLS2N Gugus Mawar 2 Ulubelu tahun 2015
  3. Juara 1 Tari Kreasi FLS2N Kecamatan Ulubelu tahun 2015
  4. Juara 1 Hasta Karya Bisco SMP BU Ulubelu tahun 2015
  5. Juara Umum Perkemahan HUT Pramuka Tahun 2014 Gugus Mawar 2
  6. Juara Umum Bisco SMP Bina Utama Tahun 2015
  7. Juara I Apel Tenda HUT Pramuka Gugus Tahun 2014
  8. Juara I PBB Pi HUT Pramuka Gugus Tahun 2014
  9. Juara I PBB Pa HUT Pramuka Gugus Tahun 2014
  10. Juara II Lomba Pidato Putra tahun 2014
  11. Juara II Lomba Pidato Putra tahun 2014
  12. Juara III PBB Pi Bisco SMP Bina Utama Tahun 2015
  13. Juara II PBB Pa Bisco SMP Bina Utama Tahun 2015

Selain bidang di atas kesenian marawis mulai ditampilkan di kegiatan-kegiatan keagamaan di dusun kampung tengah karangrejo. Sekolah juga bekerja sama dengan beberapa instansi swatsa untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, diantaranya: 

  1. TV Swasta untuk pembuatan film dokumenter pendidikan di Kecamatan Ulubelu 
  2. WWF untuk pendampingan pendidikan berkelanjutan (dalam rintisan) 
  3. Perusahaan di lingkungan Pertamina Ulubelu untuk beasiswa anak serta penambahan sarana dan prasarana sekolah. 


5. Kendala dan Solusi dalam Implementasi Program Pengembangan Sekolah 

Dalam setiap pelaksanaan program, hampir dapat dipastikan selalu ada kendala atau hambatan. Meski dengan keterbatasan, segala hambatan yang dirasakan penulis selama menjalankan tugas pokok sebagai kepala sekolah pada akhirnya dapat diatasi meski tidak selamanya mencapai hasil yang memuaskan. Beberapa hambatan sekaligus solusi penyelesaian yang penulis rasakan adalah sebagai berikut. 

a. Masih lemahnya budaya responsif perubahan dari para guru dan warga sekolah membuat upaya pencapaian tujuan tidak selalu sesuai dengan rencana yang diharapkan. Kecenderungan sulitnya berubah ke arah yang lebih baik disebabkan oleh kurangnya pembiasaan atau keteladanan dari kepala sekolah selaku top manager di sekolah selama ini. Solusi yang digunakan untuk mengatasi kendala itu adalah adanya penerapan manajemen keteladanan dari penulis selaku kepala sekolah secara intensif. Kepala sekolah tidak hanya mampu “menugaskan” tetapi yang lebih penting adalah “memberi contoh dan dorongan”. Sesuatu yang sifatnya terpaksa, jika dibiasakan maka akhirnya akan menjadi kebiasaan yang melekat menjadi bagian dari sikap hidup sehari-hari. 

b. Tidak setiap instansi atau lembaga yang diajak bermitra mau begitu saja menerima pengajuan kerjasama dari pihak sekolah. Beberapa dari mereka bahkan cenderung kurang peduli dengan program kemitraan karena dianggap tidak memberikan kontribusi positif bagi organisasi yang dikelolanya. Solusi yang dilakukan selama ini adalah dengan mencari peluang dengan memilih komponen yang berkaitan langsung dengan program kerja tiap organisasi yang hendak diajak kerjasama, sehingga apa yang kita ajukan relevan dengan program yang digariskan oleh masing-masing organisasi yang bersangkutan. c. Masih kurangnya fasilitasi dari pihak pemerintah daerah yang dapat memediasi antara kepentingan sekolah dengan kewajiban pihak lain dalam hal pendidikan, padahal tanggung jawab dalam bidang pendidikan bukan hanya milik sekolah melainkan tanggung jawab bersama semua pihak secara sinergis. Solusi sementara adalah mengirimkan proposal-proposal pembangunan (ruang kantor, perpustakaan, dll) serta mengopti,alkan fasilitas yang ada. 

C. Dokumentasi (Capaian Program) 

Agar proses perubahan lebih tampak secara nyata, maka digambarkan dokumentasi kondisi (awal) dan capaian hasil berikut ini. 

1. Kondisi Geografis Kondisi jalan ke SDN 2 Karangrejo (lebih kurang 2 km) - Kondisi jalan rusak 


2. Kondisi Gedung sekolah (awal 2013) 


3. WC


4. Pendidik dan tenaga pendidik


5. Kegiatan-kegiatan


D. Penutup 

Faktor kunci keberhasilan setiap program adalah kerjasama yang baik, dalam hal ini kerja sama yang baik antara kepala sekolah, guru, komite sekolah, wali murid, masyarakat lingkungan sekolah, dan stake holder pendidikan perlu diwujudkan. Program Bermain sambil Berlatih pada anak-anak SDN 2 Karangrejo berkat bimbingan semua pihak terutama guru ternyata sangat baik untuk meningkatkan prestasi. Best practice ini hanya merupakan bagian kecil dari apa yang telah dicoba dan dilakukan oleh penulis untuk mewujudkan mimpi mewujudkan sekolah efektif. Meski masih jauh dari sempurna, namun tidak ada salahnya penulis berharap best practice ini dapat menjadi bagian dari salah satu program pendidikan dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Mari semua pihak demi tercapainya tujuan pendidikan kita, bekerjasama tanpa pamrih. Demi kemajuan sekolah khususnya anak-didik kita. 

Daftar Pustaka 

  • Tim Redaksi FOKUSMEDIA, 2008, Standar Nasional Pendidikan, Fokus media, Bandung 
  • Hadiyanto, dkk, 2012, Manajemen Berbasis Sekolah, Universitas Terbuka, Jakarta