Terapkan Kantin Bebas Plastik, SD Negeri 11 Sawang Ingin Jadi Sekolah Hijau
8 Mei 2019 - Oleh Dewi Nopita Sari
Selain pembelajaran di kelas, salah satu kegiatan yang cukup menjadi perhatian di sekolah adalah kegiatan siswa di kantin. Bagaimana caranya SD Negeri 11 Sawang menerapkan kantin yang bebas kantong plastik?
Berjarak sekitar 10 km dari pusat kecamatan, Sekolah Dasar (SD) Negeri 11 Sawang, yang berada di Dusun Blang Ranto, Desa Riseh Tunong, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, dapat ditempuh sekitar 1 jam dengan kondisi jalan yang tidak begitu baik. SD Negeri 11 Sawang sendiri merupakan salah satu sekolah dampingan WWF Indonesia melalui Education for Sustainable Development (ESD) Program, yang mulai berkegiatan sejak bulan Agustus 2018.
Awalnya warga sekolah yang terdiri dari Kepala sekolah, dewan guru, siswa/i serta komite sekolah belum terlalu paham dengan rangkaian aktivitas atau kegiatan ESD program yang akan dilakukan di sekolah tersebut. Hingga akhirnya dalam menjalankan kegiatan ESD, pihak sekolah terkesan hanya sekedarnya saja. Namun setelah 3 bulan dilakukannya pendampingan untuk menjalankan program tersebut, kini SD Negeri 11 Sawang mulai merasakan perubahan. Beberapa hal yang dilakukan pihak sekolah dari kegiatan ESD program seperti adanya penataan sekolah dengan melakukan penghijauan, mengaktifkan siswa/i dalam setiap kegiatan, kerjasama antara warga sekolah dan kebersihan sekolah terutama dalam meminimalkan sampah dan meletakkan sampah pada tempatnya.
Sampah menjadi permasalahan yang sangat menganggu bagi keindahan dan kesehatan warga sekolah yang terletak di Dusun Riseh tunong ini. Terutama sampah plastik hasil jajanan makanan oleh siswa/i yang berasal dari kantin sekolah. Karena kebanyakan penjual jajanan di kantin sekolah ini, dulunya lebih memilih menggunakan kantong plastik kresek atau wadah sekali pakai ketimbang menyediakan yang dapat digunakan kembali (ramah lingkungan, keberlanjutan).
Ibu Fitri salah seorang penjual di kantin sekolah tiba tiba mendapat pengumuman dari sekolah terkait pemindahan kantin sekolah dan pengumuman penting lainnya. Dimana awalnya kantin sekolah merupakan kantin terbuka yang berada didekat kelas I. Namun dikemudian hari, lokasi tempat ia berjualan berpindah ke sudut pagar sekolah. Hal tersebut dilakukan pihak sekolah selain agar terciptanya keindahan sekolah, para pejual di kantin sekolah juga tidak kepanansan dan kehujanan. Selain itu, dalam merealisasi kantin sekolah yang zero waste atau tanpa sampah kemasan makanan (sampah plastik kresek) pihak sekolah menurutnya, juga memberikan peraturan secara lisan bahwa siapa-siapa yang berjualan di kantin sekolah tidak boleh menggunakan plastik kresek sebagai wadah untuk jajanan makanannya. Sehingga penjual wajib menyediakan tempat makan atau minum jika warga sekolah khususnya siswa/i membeli makanan atau minuman.
Menurut perempuan 30 tahun ini, adanya peraturan seperti ini tidaklah terlalu sulit bahkan menguntungkan secara bisnis, karena baginya lebih baik menyediakan piring, sendok dan gelas yang dapat dipakai secara berulang-ulang oleh siswa/I yang membeli jajanannya, ketimbang harus menggunakan kantong plastik kresek serta sedotan plastik yang dapat menambah biaya untuk modal jualannya.
Selain itu, dirinya juga mengungkapkan bahwa hal ini sudah dilakukan sejak akhir november 2018, dan beliau mendukung keputusan sekolah untuk menjual makanan sehat dan tidak menghasilkan sampah plastik. Ia juga dengan semangat ketika mengutarakan, bahwa kini ada sekitar 20 orang siswa/i yang sudah mulai membawa tempat (wadah) sendiri jika mereka akan jajan atau membawa pulang makanan. Sehingga sampah plastik yang selama ini menjadi masalah, kini sudah mulai berkurang dan tidak terlalu berserakan seperti dulu di sekitar lingkungan sekolah.
Lain ibu Fitri, lain lagi dengan kedua siswa ini. Adalah M. Abdul Aziz dan Rizki Maulana siswa Kelas V, SD Negeri 11 Sawang, bagi mereka dan siswa/i lainnya yang membeli makanan atau minuman di kantin sekolah, selama ini sudah terbiasa dengan wadah yang disediakan oleh penjual kantin. Setelah makan atau minum mereka kembali meletakkan wadah yang disedikan ke tempatnya, seperti piring, sendok dan gelas. Mereka mengungkapkan, kebiasaan ini sudah terjadi selama lebih kurang 5 bulan dan semoga kedepan tidak lagi jajan pakai kantong plastik. Karena menurut mereka, selain makanan menjadi sehat, sekolah bersih, penggunaan plastik juga dapat membuat sekolah banyak sampah dan lama kelamaan menjadi sarang penyakit.
Dalam mewujudkan sekolah berkelanjutan peran guru juga tak kalah penting pada kebijakan di kantin yang sederhana ini. Ibu Halimaulida S.Pdi salah satu guru yang sangat bersemangat menceritakan awal mula mengapa sekolah mengeluarkan kebijakan untuk menjadi kantin sehat dan bebas dari plastik. Sejak awal dampingan dari ESD program ini, pihak WWF dan FDKP serta Fasilitator masyarakat lokal membimbing kami menuju arah yang lebih baik dalam pengelolaan sekolah yang ramah terhadap lingkungan, bersih dan indah. Memang pada awal program berjalan, kami tidak begitu paham dalam menjalankannya. akan tetapi ketika fasilitator secara intensif dalam dampingan ke sekolah untuk memberikan kegiatan yang positif dan bermanfaat bagi perkembangan sekolah, maka dari pihak sekolah juga mulai tergerak untuk memajukan sekolah menjadi yang lebih baik lagi.
Ibu Halimaulida yang juga mengajar mata pelajaran agama ini mengungkapkan, bahwa salah satu hasil rapat yang dilaksanakan oleh Kepala Sekolah dan Dewan guru, semuanya sepakat bahwa kedepannya kegiatan sekolah harus berkaitan dengan pengelolaan sampah dan menjaga kebersihan sampah. Dimana salah satunya adalah pengurangan sampah terutama sampah plastik yaitu dari jajanan makanan/minuman warga sekolah di kantin.
Terakhir, dirinya senang dengan perubahan yang terjadi di SD Negeri 11 sawang, harapannya sekolah ini dapat atau akan mengeluarkan kebijakan secara tertulis terkait tidak adanya sampah lagi di lingkungan sekolah terutama sampah plastik.